A. SEJARAH
DAN DAMPAK TOTAL
PRODUCTIVE MAINTENANCE
Dalam rangka pemahaman
yg baik akan sejarah dan dampak total productive maintenance,
maka diperlukan untuk membentuk sebuah definisi.
Total Productive Maintenance ( TPM ) merupakan aktivitas pemeliharaan
yang produktif dan diterapkan oleh seluruh karyawan. TPM melibatkan semua orang
dalam organisasi dari level operator hingga manajemen senior dalam peningkatan
peralatan. Hal tersebut meliputi semua departemen termasuk antara lain :
- Maintenance (
Perawatan )
- Operations (
Produksi )
- Facilities (
Fasilitas Penunjang )
- Design Engineering
- Project Engineering
- Construction
Engineering
- Inventory and Stores
( Inventaris dan Pergudangan )
- Purchasing (
Pembelian )
- Accounting and
Finance ( Keuangan dan financial )
- Plant
and Site Management
Total
Productive Maintenance ( TPM ) aslinya dikembangkan di Negara
Jepang yang merupakan Strategi Manajemen Peralatan yang dirancang untuk
mendukung Strategi Manajemen Mutu. Orang Jepang menyadari bahwa sebuah
perusahaan tidak akan bisa menghasilkan produk bermutu secara konsisten dengan peralatan yang perawatanya lemah.
B. GOL
DARI TPM
TPM mempunyai lima
gol ( beberapa menyebutnya sebagai pilar / tiang):
- Meningkatkan efektivitas
peralatan
- Meningkatkan daya guna (
efisiensi ) dan tepat guna ( efektifitas ) pemeliharaan
- Manajemen peralatan dan
pemeliharaan yang berupa pencegahan lebih awal
- Pelatihan untuk meningkatkan
ketrampilan dari semua orang-orang yg terlibat
- Menyertakan
operator / penghuni dalam pemeliharaan rutin
1. Meningkatkan
Efektivitas Peralatan
Gol ini merupakan fokus TPM sebenarnya, yang memastikan
bahwa peralatan bekerja sesuai spesifikasi desain. Semua TPM gol lainnya tidak
bernilai kecuali jika mereka mendukung meningkatkan efektivitas peralatan .
Peralatan harus beroperasi pada kecepatan sesuai desainnya,
menghasilkan barang / jasa sesuai tingkat tarip yang didesain, dan menghasilkan
produk bermutu pada kecepatan dan tingkat tarip tersebut.
Masalah utama muncul karena banyak dari pelaku
usaha yang tidak mengetahui kecepatan maupun tingkat tarip produksi dari
peralatan produksi mereka. Karena ketidak tahuan tersebut, maka manajemen
biasanya menetapkan kuota produksi secara sewenang-wenang.
Masalah utama kedua berkembang dari waktu ke waktu
ketika suatu masalah kecil menyebabkan operator merubah tingkat tarip produksi
pada peralatan yang mereka operasikan.
Ketika masalah tersebut berlanjut terbentuk,
peralatan produksi mungkin hanya menghasilkan setengah dari maksud awal
desainnya. Pemborosan ini mengarah pada penambahan investasi modal peralatan
yang berusaha untuk mencapai hasil produksi yang diharapkan.
2. Meningkatkan
Daya Guna ( Efisiensi ) dan Tepat Guna ( Efektifitas ) Pemeliharaan
Fokus gol
ini adalah memastikan bahwa aktivitas maintenance yang dilaksanakan pada
peralatan produksi telah hemat biaya ( tepat guna ). Studi telah menunjukan
bahwa hampir sepertiga dari semua
kegiatan maintenance adalah sia-sia. Untuk itu, gol TPM ini adalah yang terpenting
untuk menurunkan biaya maintenance. Penting bagi semua untuk mengerti bahwa
penjadwalan dan perencanaan maintenance secara mendasar adalah penting untuk
mencapai biaya maintenance yang rendah. Golnya adalah memastikan sandaran
maintenance dengan tidak ada pemborosan dalam proses maintenance.
Fokus kedua
adalah memastikan bahwa aktifitas maintenance yang dilaksanakan sedemikian
hingga mengurangi dampak kehabisan waktu ataupun tidak tersedianya peralatan
produksi. Sekali lagi, penjadwalan, perencanaan dan control pekerjaan yang
tertunda ( backlog control ) adalah penting semua untuk menghindari down-time
dari aktivitas maintenance yang tidak penting.. pada bagian ini, pengoperasian
dan maintenance harus memiliki
komunikasi yang sempurna agar terhindar dari down-time yang berkaitan dengan
kesalah-pahaman.
Mengembangkan database yang akurat mengenai histori
maintenance tiap peralatan juga
merupakan tanggung jawab departemen maintenance. Hal ini untuk menyediakan data
akurat dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan plant maupun
peralatan fasilitas. Suatu contoh, departemen maintenance dapat memberikan masukan untuk desain peralatan maupun
keputusan pembelian, memastikan bahwa
standarisasi peralatan telah dipertimbangkan. Aspek ini dapat mendorong
penghematan financial yang signifikan untuk perusahaan. Histori peralatan yang
akurat juga membantu pihak pergudangan dan pembelian , yang tidak hanya
mengurangi down-time tetapi juga menghindarkan terlalu banyak inventori.
3. Manajemen
Peralatan dan Pemeliharaan yang Berupa Pencegahan Lebih Awal
Tujuan dari gol ini adalah mengurangi
jumlah ( frequensi ) maintenance yang dibutuhkan oleh peralatan produksi.
Analogi yang dapat digunakan antara lain perbedaan kebutuhan maintenance antara
mobil buatan tahun 1970 dengan mobil buatan tahun 2000. mobil buatan tahun 1970
membutuhkan tune-up setiap 3040 ribu mile sedangkan mobil buatan tahun 2000
masih bergaransi pada 100 ribu mile pertamanya.
Ahli desain secara berhati-hati
mempelajari data teknik dan maintenance, menghasilkan perubahan untuk membuat
otomobil yang mengurangi jumlah frequensi maintenance. Hal yang sama juga bias
dilakukan pada peralatan plant dan fasilitas.
Sialnya, banyak perusahaan yang tidak
memelihara data penting tersebut yang
diperlukan untuk membuat suatu perubahan baik secara internal maupun melalui penjual
peralatan ( vendor ). Sebagai hasilnya, maintenance yang tidak penting telah
dilakukan pada peralatan produksi yang tentu saja meningkatkan biaya
maintenance secara keseluruhan.
4. Pelatihan
untuk Meningkatkan Ketrampilan dari Semua Orang-Orang yang Terlibat
Karyawan
harus memiliki keterampilan dan pengetahuan, hal ini sangat penting untuk
meyokong sumber daya TPM. Kebutuhan ini tidak hanya melibatkan personel
maintenance tetapi juga melibatkan personel operator. Menyediakan pelatihan yang
sesuai dengan tingkatannya, yang
memastikan bahwa keseluruhan efektifitas peralatan tidak melibatkan karyawan
atau siapapun yang tidak mempunyai pengetahuan dan keterampilan untuk
melaksanakan tugas yang dibebankan.
Ketika karyawan telah mempunyai keterampilan
dan pengetahuan yang sesuai, masukan ( saran ) mereka terhadap peningkatan
kinerja peralatan perlu diperhatikan oleh manajemen. Pada kebanyakan
perusahaan, langkah ini hanya mengambil bentuk program masukan saran.
Bagaimanapun juga agar berjalan lancar dibutuhkan system manajemen dengan kebijakan pintu
terbuka. Agar komunikasi mengalir secara bebas tetap terjaga, alasan ( pertimbangan ) harus diberikan.
Untuk itu, manajer harus membangun dan menggunakan keterampilan manajemen dan
komunikasi yang baik
5. Menyertakan
Operator / Penghuni dalam Pemeliharaan Rutin
Golnya adalah menemukan tugas
maintenance yang berhubungan dengan peralatan produksi yang mana operator dapat
melakukan dan mengambil alih tugas maintenance
tersebut.
Tugas
tersebut boleh berkisar antara 10 – 40 % dari tugas maintenance rutin yang
dilakukan pada peralatan tersebut. Sumber daya maintenance yang sebelumnya
disibukan dengan tugas tersebut dapat ditempatkan ulang pada pekerjaan
maintenance pada tingkatan yang lebih tinggi seperti predictive maintenance
ataupun pekerjaan maintenance yang butuh
keandalan focus.
C. KEUNTUNGAN
DARI GOL TERSEBUT
Pertanyaanya
sekarang yang muncul antara lain :
Seberapa
berharganya semua gol tersebut ?
Apa keuntungan /
manfaat yang dapat dicapai ?
Pertanyaan
tersebut telah terjawab dengan cepat dan baik karena hasilnya seperti berikut
ini :
- dari aspek Produktivitas
100 – 200 %
meningkatkan produktivitas
50 – 100 %
meningkatkan pada tingkat pengoperasian peralatan
500 %
menurunkan tingkat gangguan ( break-down )
- dari aspek Kualitas
100 %
menurunkan cacat
50 %
menurunkan klaim oleh pelanggan
- dari aspek Biaya
50 %
penurunan biaya tenaga kerja
30 %
penurunan biaya maintenance
30 %
penurunan biaya energi
- dari aspek Inventaris
50 %
mengurangi tingkat inventaris
100 %
meningkatkan perputaran inventaris
- dari aspek Keselamatan
mengurangi
gangguan keselamatan dan gangguan lingkungan
- dari aspek moril
200 %
meningkatkan saran / usulan
Meningkatkan
partisipasi karyawan dalam pertemuan group-group kecil
Dengan
semua manfaat tersebut, adalah penting bagi semua perusahaan untuk mengakui
bahwa betapa penting dan berharganya TPM bagi perusahaan tersebut.
Perusahaan
manapun yang berusaha untuk mencapai status kelas dunia melalui program lain
seperti Computer Integrated Manufacturing (CIM), Just in Time
(JIT), Total Quality Control (TQC), Total Employee Involvement (TEI), or Lean
Manufacturing, akan segera menemukan bahwa program tersebut tidak akan bekerja
tanpa Total Reliability of the Company’s Assets yang mana merupakan tanggung
jawab utama pihak departemen maintenance.
Just in Time (JIT), Total Quality Control (TQC),
dan Total Productive Maintenance ( TPM ), Pada saat tertentu semuanya adalah
penting. Tanpa pemanfaatan yang penuh dari ketiga program ini, gol yang menjadi
persaingan secara global tidak akan pernah bisa tercapai.
Tiada gading yang tak retak, masih banyak kekurangan dalam tulisan ini oleh karena itu masukan yang membangun sangat saya butuhkan untuk menyempurnakannya. Semoga bermanfaat ...
Tiada gading yang tak retak, masih banyak kekurangan dalam tulisan ini oleh karena itu masukan yang membangun sangat saya butuhkan untuk menyempurnakannya. Semoga bermanfaat ...
Tag : Total Productive Maintenance, TPM, Strategi Manajemen Peralatan, Strategi Manajemen Mutu, break-down, pillar, Preventive Maintenance, Emergency Maintenance, Goal
Silahkan Klik Tombol Donasi jika Anda Berkenan Memberikan Bantuan untuk Perkembangan Blog ini.
Semoga Blog ini Memberikan Kemanfaatan bagi Kita Semua, Amin.
Please klik " Donate " to help growth this blog. I Hope It Usefull for Us, Amin.
0 komentar:
Posting Komentar